DEWATOGEL Benar kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti menyentuh tanah, sepintar-pintarnya menyimpan bangkai, pasti tercium baunya. Bagaimana tidak, memanfaatkan perkembangan teknologi untuk hal negatif, membuat Jikun (65) bukan nama sebenarnya, ayah dua anak dan beristri cantik jelita, sebut saja Lela (58), masih berani bermain gila. Oalah.
Katanya, Lela tak pernah menyangka sang suami bisa melakukan hal seperti itu. Sikap Jikun yang pendiam dan hangat ketika bersama, membuat Lela tak begitu khawatir. Apalagi, mereka sudah menjalani bahtera rumah tangga sepuluh tahun lebih. Tapi, ternyata lamanya usia pernikahan tak menjamin kesetiaan.
“Ini ceritanya sudah lumayan lama, Kang. Tepatnya ketika saya usia 30 tahun dan suami 37 tahun,” ungkap Lela
Seperti diceritakan Lela, sewaktu muda Jikun termasuk lelaki baik-baik. Terlahir dari keluarga berada dengan ekonomi mumpuni, ia menjalani hari-hari penuh warna. Ayah pensiunan di salah satu perusahaan milik negara dan ibu pengusaha butik rumahan, membuat Jikun hidup bergelimang harta.
Meski hidupnya dilengkapi segala fasilitas mewah, tak membuat Jikun bahagia lantaran sikap tegas sang ayah. Tidak memberi ruang bagi anak untuk bergaul dengan lingkungan sekitar, Jikun muda banyak menghabiskan waktu di rumah. Wah, kasihan banget ya Kang Jikun.
“Iya, Kang. Dulu saja waktu sebelum nikah dia ceritain ini sampai nangis di depan saya. Memang bapaknya tuh galak,” terang Lela.
Cerita berlanjut ketika Jikun beranjak dewasa, setelah menyelesaikan kuliahnya, seolah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, berkat bantuan saudara ia diterima bekerja di salah satu perusahaan swasta. Sampai akhirnya ia diangkat menjadi pegawai tetap dan dapat gaji lumayan besar.
Merasa sudah bisa mencari penghasilan, Jikun pun meminta ingin berumah tangga kepada kedua orangtua. Dicarikan istri oleh sang ayah tercinta. Tak lama kemudian, berawal dari curhat-curhatan orangtua kepada sesama rekan kerja, bertemulah sang ayah dengan orangtua Lela. Saling bercerita tentang anak-anak mereka, kesepakatan menuju perjodohan pun tercipta.
Lela bukanlah wanita biasa. Dengan status sosial tinggi, ia banyak diincar lelaki. Maklumlah selain cantik dan manis, Lela yang dianugerahi kulit putih merona. Terlahir dari keluarga sederhana, dengan rumah alakadarnya dan kendaraan pribadi, sang ayah yang merupakan pensiunan pegawai salah satu perusahaan di Cilegon, sangat memanjakan hidup Lela sedari muda.
Singkat cerita, tiga bulan menjalani masa pendekatan, Lela dan Jikun disatukan dalam ikatan pernikahan. Menggelar pesta meriah sampai mengundang orang-orang penting di daerah sampai luar kota, mereka tampak bahagia. Mengikat janji sehidup semati, keduanya resmi menjadi sepasang suami istri.
Di awal pernikahan, rumah tangga mereka dimanjakan dengan fasilitas hidup dari orangtua. Rumah, kendaraan, perabotan, pokoknya, baik Lela maupun Jikun tak perlu pusing-pusing memikirkan urusan sandang dan pangan. Dengan penghasilan yang lumayan, apa yang diinginkan pasti bisa didapatkan.
Sampai setahun usia pernikahan, lahirlah anak pertama, membuat hubungan semakin mesra. Bayi laki-laki tampan dan lucu membuat mereka semakin disayang keluarga. Pokoknya, rumah tangga Lela dan Jikun diselimuti kebahagiaan. Subhanallah, dulu mah harmonis banget ya, Teh?
“Ya begitulah, Kang. Waktu itu keluarga kita memang lagi jaya-jayanya. Mau apa-apa juga enak, semua tinggal menikmati. Kalau ingat awal-awal nikah mah, saya juga suka senyum-senyum sendiri,” ungkap Lela.
Sikap Jikun yang perhatian dan penuh kasih sayang membuat Lela menikmati hari-hari sebagai ibu rumah tangga. Terlebih, dibandingkan teman-teman yang lain, Jikun termasuk tipe lelaki penurut. Tak pernah kelayapan sepulang bekerja, mereka saling percaya.
Hingga kebahagiaan bertambah dengan hadirnya anak kedua, membuat suasana rumah semakin ceria penuh tawa. Namun, apalah daya mungkin sudah hakikat kehidupan, setiap ada yang datang pasti ada yang pergi. Tak lama setelah lahirnya anak kedua, kebahagiaan itu tercoreng akibat ulah Jikun.
Semula tak ada tanda-tanda mencurigakan. Seolah sudah berpengalaman dalam hal perselingkuhan, Jikun memainkan perannya dengan baik. Tak pernah pulang telat, uang bulanan lancar, hubungan dengan anak istri pun harmonis. Sampai suatu malam, Jikun pulang diantar orang tak dikenal dengan pakaian lusuh bak seorang pelaut yang lama tak kembali.
Lela bercerita, malam itu Jikun sebenarnya keluar dari kantor jam empat sore. Bukannya langsung pulang, ia asyik memainkan gadget di warung depan tak jauh dari tempatnya bekerja. Sedang asyik bersantai sambil minum, seorang lelaki bebadan kekar dengan jeans dan jaket hitam menghampiri. Diperlihatkannya layar ponsel bergambar dua wanita cantik.
“Ini masih segar, berani dibayar murah. Cocok buat nemenin si Mas malam ini. Kalau mau, bisa bayar setengahnya dulu ke saya, nanti saya antar,” kata Lela meniru ucapan lelaki itu.
Entah termakan bisikan setan atau sekadar penasaran, Jikun menurut ketika dibawa sang lelaki ke sebuah kamar kontrakan. Namun, sebelum itu mereka sempat makan bersama. Sampai malam tiba, seolah tak sabar ingin segera menuntaskan hasratnya, mereka lekas menuju tempat yang sudah dijanjikan.
Apalah daya, bagai membeli kucing di dalam karung, Jikun terperanjat, matanya melotot bagai melihat hantu. Ia mendapati dua waria sedang menunggunya di atas kasur. Ketika hendak keluar, salah seorang waria menarik tangannya dan mengancam akan membunuh. Jikun dipaksa mengeluarkan semua isi dompetnya, setelah puas mengambil uang, Jikun ditinggalkan begitu saja dengan kondisi tak keruan.
Malam itu Lela mengamuk, dibantingnya barang-barang rumah. Kesal, emosi bercampur dengan malu, semua ia tumpahkan. Mereka pun bercerai. Namun, hebatnya tiga bulan setelah mendengar cerita Jikun, mereka pun rujuk dan memulai rumah tangga kembali.
Ya ampun. Semoga ini jadi pelajaran berharga buat Kang Jikun supaya tidak main gila lagi. Sehat selalu dan bahagia ya Teh Lela